Tanaman Kopi “Menjerit”: “Daunku Layu dan Rontok”
19 Oktober 2018 13:41:54 WITA
Bulan Oktober sudah berlalu lebih dari setengahnya dan tanda-tanda akan berakhirnya musim kemarau masih belum dirasakan terutamanya di Desa Sepang. Desa Sepang yang merupakan wilayah Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng ini merupakan salah satu desa yang merasakan dampak kemarau panjang tahun ini. Adapun dampak tersebut mulai dari berkurangnya volume air sungai secara signifikan yang oleh sebagian besar penduduk dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, terhambatnya musim bajak sawah bagi petani dan terganggunya siklus perkembangan dan pertumbuhan tanaman perkebunan.
Salah satu tanaman perkebunan yang terdampak kemarau musim ini adalah kopi. Kopi sebagaimana merupakan tanaman perkebunan yang menjadi potensi di Desa Sepang kian hari semakin “menjerit” dengan situasi yang ada. Akibat teriknya sengatan sinar matahari menyebabkan daun kopi menjadi layu dan tak jarang banyak diantaranya yang mulai rontok. Terlebih lagi keberadaan tanaman-tanaman pelindung seperti lantoro juga ikut layu, sehingga panas matahari secara langsung menuju tanaman kopi tanpa ada lagi yang menghalanginya. Keberadaan rumput dibawah pohon kopi juga tidak mampu memberikan efek sejuk terhadap tanah, ironisnya rerumputan ini pun nampak kering sehingga tanah terlihat sangat gersang.
Selain itu, kondisi perkembangan dan pertumbuhan bakal buah kopi juga mengalami gangguan. Bahwasanya periode ini merupakan siklus pasca berbunga tanaman kopi, setelah berbunga akan berkembang menjadi bakal buah yang bagi sebagain besar penduduk Desa Sepang menyebutnya dengan istilah mematan yuyu. Namun kini pertumbuhannya pun nampak memprihatinkan, sebab tidak kunjung turunnya hujan serta sengatan panas matahari menyebabkan bakal buah ini menjadi kehitaman.
Kondisi seperti ini jelas sangat mengkhawatirkan bagi para petani. Setidaknya mereka berharap agar hujan segera turun, sehingga mimpi buruk gagal panen tidak selalu menghantui mereka.
Dikutip dari situs resmi Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika www.bmkg.go.id telah memperkirakan bahwasanya musim hujan tahun 2018-2019 di Indonesia umumnya baru akan dimulai pada bulan Oktober 2018 sebanyak 78 ZOM (22.8%), November 2018 sebanyak 147 ZOM (43.0%), dan Desember 2018 sebanyak 85 ZOM (24.9%). Sedangkan beberapa daerah lainnya awal musim hujan terjadi pada Agustus 2018 sebanyak 12 ZOM (3.5%), September 2018 sebanyak 10 ZOM (2.9%), Maret 2019 sebanyak 5 ZOM (1.5%), April 2019 sebanyak 4 ZOM (1.2%) dan Mei 2019 1 ZOM (0.3%).
Mencermati beberapa data yang ditampilkan BMKG dan melihat dengan seksama situasi yang terjadi di Desa Sepang, nampaknya masih diperlukan cukup waktu untuk menunggu turunnya hujan yang akan berdampak langsung bagi kehidupan masyarakat di Desa Sepang.
Artikel Terkait:
Kemarau Berkepanjangan, Begini Kondisi Sungai di Desa Sepang
Secarik Ungkapan Keberadaan Sawah di Desa Sepang yang Semakin “Mengerucut”
Komentar atas Tanaman Kopi “Menjerit”: “Daunku Layu dan Rontok”
Formulir Penulisan Komentar
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |
- Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu di Desa Lokus Stunting
- Penerapan AKU ONLINE Di Desa Sepang.
- Sosialisasi Dan Komunikasi FKDM
- Fokus Cegah Keberangkatan Ilegal dan Tingkatkan Keterampilan PMI, BP2MI Gelar Sosialisasi
- Penyerahan Dokumen Kependudukan Kartu Keluarga Kepada Warga Banjar Dinas Kembang Rijasa.
- Pencairan BLT-DD Bulan September 2024.
- Sosialisasi dan Edukasi Keterbukaan Informasi Publik dengan tema "Hari Hak untuk Tahu Sedunia"atau R
Facebook Resmi Pemdes Sepang
Mohon Bantu Kami,
×