Kemarau Berkepanjangan, Begini Kondisi Sungai di Desa Sepang
04 Oktober 2018 09:17:10 WITA
Musim kemarau yang terjadi cukup panjang nyatanya sangat berpengaruh di Desa Sepang. Hingga awal bulan Oktober ini, belum ada tanda-tanda akan dimulainya musim hujan. Nyatanya kemarau tahun ini menimbulkan berbagai dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat.
Beberapa dampak yang ditimbulkan akibat kemarau panjang tahun ini diantaranya menyasar pada perkembangan calon buah kopi. Proses perkembangan pasca pembungaan dan pembuahan mestinya diiringi dengan turunnya hujan dengan intensitas ringan. Meskipun pada pertengahan bulan September lalu sempat turun rintik hujan, nyatanya hal tersebut tidak berlangsung lama, sehingga pertumbuhan calon buah kopi mengalami kendala. Nampak calon buah ini terlihat kering, bahkan ada yang sampai layu hingga berguguran.
Kondisi tersebut lantas menimbulkan kekhawatiran bagi petani, penurunan kwantitas dan kwalitas panen pada beberapa tahun belakangan ini menjadi sorotan. Dengan kondisi alam semacam ini, bukan tidak mungkin kejadian tahun lalu akan terulang, dan hal itu tentu saja menjadi momok yang sangat menakutkan bagi para petani.
Selain berdampak pada pertumbuhan calon buah kopi, kemarau tahun ini juga berdampak pada kwalitas air sungai di Desa Sepang. Desa Sepang sendiri dialiri oleh sepuluh sungai yang tersebar di beberapa titik. Sementara itu, kebanyakan penduduk masih memanfaatkan air sungai untuk keperluan rumah tangga, baik untuk dikonsumsi maupun untuk mandi dan mencuci.
Dipantau Kamis (4/10) pagi di Sungai Pulukan dan Sungai Melesung Desa Sepang, kondisi kedua air sungai ini sangat memprihatinkan. Selain debit air yang sangat kecil, dari segi kwalitas juga terlihat buruk. Nampak lumut liar menutupi lebih dari setengah air sungai, dari kejauhan warna air sungai terlihat menghijau. Selain lumut, keberadaan sampah rumah tangga juga dipantau mengotori bantaran sungai. Kebanyakan dari sampah tersebut adalah sampah plastik bekas pembungkus detergen. Hal ini karena banyak masyarakat yang memanfaatkan air sungai ini untuk mencuci dan kesadaran membuang sampah yang kurang.
Dengan melihat kondisi seperti ini, keberadaan air sungai di Desa Sepang sudah terbilang tercemar. Jangankan untuk dikonsumsi, untuk mandi dan mencuci saja rasanya sudah tidak layak, hal ini tentu saja akan memicu timbulnya penyakit.
Dilansir dari www.bmkg.go.id edisi 5 September 2018, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprakirakan musim hujan tahun 2018-2019 di Indonesia umumnya baru akan dimulai pada bulan Oktober 2018 sebanyak 78 ZOM (22.8%), November 2018 sebanyak 147 ZOM (43.0%), dan Desember 2018 sebanyak 85 ZOM (24.9%). Sedangkan beberapa daerah lainnya awal Musim Hujan terjadi pada Agustus 2018 sebanyak 12 ZOM (3.5%), September 2018 sebanyak 10 ZOM (2.9%), Maret 2019 sebanyak 5 ZOM (1.5%), April 2019 sebanyak 4 ZOM (1.2%) dan Mei 2019 1 ZOM (0.3%).
Komentar atas Kemarau Berkepanjangan, Begini Kondisi Sungai di Desa Sepang
Formulir Penulisan Komentar
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |
- Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu di Desa Lokus Stunting
- Penerapan AKU ONLINE Di Desa Sepang.
- Sosialisasi Dan Komunikasi FKDM
- Fokus Cegah Keberangkatan Ilegal dan Tingkatkan Keterampilan PMI, BP2MI Gelar Sosialisasi
- Penyerahan Dokumen Kependudukan Kartu Keluarga Kepada Warga Banjar Dinas Kembang Rijasa.
- Pencairan BLT-DD Bulan September 2024.
- Sosialisasi dan Edukasi Keterbukaan Informasi Publik dengan tema "Hari Hak untuk Tahu Sedunia"atau R
Facebook Resmi Pemdes Sepang
Mohon Bantu Kami,
×